Allah swt dengan sifat hikmah dan keadilan-Nya menimpakan berbagai
ujian dan cobaan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman pada khususnya, dan
seluruh makhluk pada umumnya.
Di antara bentuk ujian dan cobaan itu adalah adanya berbagai jenis
penyakit di zaman ini, karena kemaksiatan dan kedurhakaan umat terhadap
Allah swt dan Rasul-Nya saw. “Telah nampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Rum: 41)
Islam adalah agama yang sempurna, yang menuntut seorang muslim agar
tetap menjaga keimanannya dan status dirinya sebagai hamba Allah swt.
Seorang muslim akan memandang berbagai penyakit itu sebagai:
1. Ujian dan cobaan dari Allah swt.
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (Al-Mulk: 2) dan “Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35).
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata dalam
tafsirnya tentang ayat ini: “Kami menguji kalian, terkadang dengan
berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan. Maka Kami
akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur (terhadap nikmat
Allah swt), siapa yang sabar dan siapa yang putus asa (dari rahmat-Nya).
Sebagaimana perkataan Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma: ‘Kami akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan,
maksudnya yaitu dengan kesempitan dan kelapangan hidup, dengan kesehatan
dan sakit, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan halal dan haram,
dengan ketaatan dan kemaksiatan, dengan petunjuk dan kesesatan; kemudian
Kami akan membalas amalan-amalan kalian’.” Ujian dan cobaan akan datang
silih berganti hingga datangnya kematian.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu?” (Al-Baqarah: 214)
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “(Ujian yang akan datang adalah)
berbagai penyakit, sakit, musibah, dan cobaan-cobaan lainnya.”
Bila demikian, maka sikap seorang muslim tatkala menghadapi berbagai
ujian dan cobaan adalah senantiasa berusaha sabar, ikhlas, mengharapkan
pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, terus-menerus memohon pertolongan
Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga tidak marah dan murka terhadap
taqdir yang menimpa dirinya, tidak pula putus asa dari rahmat-Nya.
2. Penghapus dosa.
Seandainya setiap dosa dan kesalahan yang kita lakukan mesti dibalas
tanpa ada maghfirah (ampunan)-Nya ataupun penghapus dosa yang lain, maka
siapakah di antara kita yang selamat dari kemurkaan Allah swt?
Sehingga, termasuk hikmah dan keadilan Allah swt bahwa Dia menjadikan
berbagai ujian dan cobaan itu sebagai penghapus dosa-dosa kita.
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (Hud: 114)
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhuma, dari Nabi saw beliau bersabda: “Tidaklah menimpa seorang muslim
kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai
pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya
dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih)
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish
Shalihin (1/94): “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau
berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampai pun
duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah swt
akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan
dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan
daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah swt. Sehingga, bila musibah itu
terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu:
a. mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua
balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha
terhadap musibah).
b. lupa (akan janji Allah swt), maka akan sesaklah dadanya sekaligus
menjadikannya lupa terhadap niat mendapatkan pahala dari Allah swt.
Dari penjelasan ini, ada dua pilihan bagi seseorang yang tertimpa
musibah: beruntung dengan mendapatkan penghapus dosa dan tambahan
kebaikan, atau merugi, tidak mendapatkan kebaikan bahkan mendapatkan
murka Allah swt karena dia marah dan tidak sabar atas taqdir tersebut.”
3. Kesehatan adalah nikmat Allah swt yang banyak dilupakan.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah saw bersabda: “Dua
kenikmatan yang kebanyakan orang terlupa darinya, yaitu kesehatan dan
waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Betapa banyak orang yang menyadari keberadaan nikmat kesehatan ini,
setelah dia jatuh sakit. Sehingga musibah sakit ini menjadi peringatan
yang berharga baginya. Setelah itu dia banyak bersyukur atas nikmat
Allah swt tersebut. Itulah golongan yang beruntung. Jadi sebaiknya kita
selalu menjaga kesehatan dan bersyukur kepada Allah swt sehingga tidak
lupa akan nikmat ini. Nabi saw bersabda: “jaga lima sebelum datang yang
lima”, salah satunya yaitu sakit. Dan juga waktu luang yang diberikan
Allah swt sebaiknya digunakan kepada jalan yang benar dan bermanfaat,
jangan dihabiskan kepada yang buruk dan membawa mudharat baik bagi kita
sendiri maupun orang lain. Wallahu ‘aklam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tuliskan Komentar yang Membangun, Terima Kasih