Animated Cool Shiny Blue Pointer

Home

Selasa, 05 Juni 2012

TEORI BELAJAR MENURUT KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN FILOSOFINYA

TUGAS KELOMPOK
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“TEORI BELAJAR MENURUT KONSTRUKTIVISME DAN LANDASAN FILOSOFINYA”
Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang diampu oleh Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd.




Disusun Oleh:
Kelompok III Fisika A
                                              Nama                                       NPM
1.      Ade Ariza                         10330597
2.      Fitri Rohmawati               10330609
3.      Ratna Wulan Sari             10330622
4.      Uchie Dwie Septiana        10330633
5.      Wahyu Nur Bangsa          10330636


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2011




KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah kelompok  ini yang berjudul “Teori Belajar Menurut Konstruktivisme dan Landasan Filosofisnya“ untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Makalah ini terwujud berkat rahmat dan karunia Allah SWT serta bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
  1. Kepada Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan kemudahan dalam penyusunan makalah ini.
2.      Kepada Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah  Belajar dan Pembelajaran  yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.
  1. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi semangat kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
Wasalamu’alaikum wr.wb                                                         

        Penyusun




DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................                   i
KATA PENGANTAR................................................................                 ii
DAFTAR ISI...............................................................................                  iii
BAB I PENDAHULUAN
            1.1 Latar Belakang Masalah..............................................                 1
            1.2 Rumusan Masalah.......................................................                  1
            1.3 Tujuan Makalah...........................................................                 2
BAB    II PEMBAHASAN
2.1 Belajar menurut  teori konstruktivisme.......................                  3
2.2 Tokoh-tokoh dalam teori belajar
Konstruktivisme.......................................................                    4         
2.3 Prinsip-Prinsip belajar menurut
teori konstruktivisme...............................................                    7         
2.4 Kelemahan dan kelebihan dari
teori belajar konstruktivisme.....................................                   8
BAB    III PENUTUP
            3.1 Kesimpulan.................................................................                  10       
            3.2 Kritik dan Saran........................................................                    10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................                 11



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu  melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa.
Dalam konteks filsafat pendidikan Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah maka yang menjadi masalah dalam pembahsan makalah ini yaitu:
1.      Belajar menurut  teori konstruktivisme
2.      Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme
3.      Prinsip-Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme
4.      Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme

1.3  Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pembahasan pada makalah ini adalah:
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan wawasan baik penulis maupun pembaca mengenai salah satu teuri belajar yakni teori belajar konstruktivisme. Memahami serta mampu untuk menghayati teori belajar konstruktivisme. Serta dapat mengetahui mengenai Belajar menurut  teori konstruktivisme, Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme, Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme, Kelemahan dan kelebihan dari teori belajar konstruktivisme.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Belajar Menurut Teori Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme ini pada dasarnya lahir dari kolaborasi dua pendekatan aliran psikologi yaitu psikologi perkembangan yang dikembangkan oleh Piaget dan aliran psikologi sosial yang dikembangkan oleh Vigosky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitig ke arah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan (disequilibriurn).
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsep-konsep baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan kata lain, ”belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri”. Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis merupakan upaya keras yang sangat personal, sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya diaplikasikan dalam konteks dunia nyata. Guru bertindak sebagai fasilitator yang meyakinkan siswa untuk menemukan sendiri prinsip-prinsip dan mengkonstruksi pengetahuan dengan memecahkan problem-problem yang realstis.
            Konstruktivisme (yang merupakan perkembangan kognitif) merupakan suatu aliran yang "yang didasarkan pada gagasan bahwa proses dialektika atau interaksi dari perkembangan dan pembelajaran melalui konstruksi aktif dari siswa sendiri yang difasilitasi dan dipromosikan oleh orang dewasa.
Teori belajar konstruktivistik pada intinya adalah bahwa pengetahuan yang didapat oleh siswa tidak diberikan begitu saja secara mentah-mentah, tetapi siswa sendirilah yang membangun atau mengonstruksi pengetahuan itu dari semua informasi yang masuk atau ada dilingkuangan belajarnya, menjadi sebuah informasi yang tersusun dan utuh. Banyak peserta didik yang salah menangkap apa ang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik. Peran guru dalam pembelajaran  bukan pemindah pengetahuan, tetapi hanya sebagai fasilitator yang menyediakan stimulus baik berupa strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik kesulitan belajarsehingga pembelajran menjadi bermakna dan akhirnya peserta didik tersebut mampu mengonstruksi sendiri pengetahuannya.
2.2 Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme
1.      Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).  Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi.
 Teori ini dianggap "konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti teorinativis (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan dari pengetahuan dan kemampuan bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perolehan gradual dari pengetahuan melalui pengalaman), teori ini berpendapat baha kita mengkonstruksi kemampuan kognitif kita melalui kegiatan motivasi-diri dalam dunia nyata.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.
ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
1.      Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori  yang digunakan individu ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. jadi shemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
2.      Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yanga kan diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada  dalam skema.
3.      Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
4.      Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

2.      Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa semua mental tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling berhungan antara satu dengan yang lain.
 Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan.  Kedua, faktor eksternal dan internal mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan petensinya secara tepat.  
3.      Teori Jhon Dewey dan Von Graselfeld
Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share the general perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.

3.3  Prinsip-prinsip dalam Teori Belajar Konstruktivisme
Berkaitan dengan teori konstruktivisme dalam, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh (Slavin, 2000: 256) yaitu:
1.      Pembelajaran Sosial (social leaning).
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman myang lebih cakap.

2.      ZPD (Zone of Proximal Development)
Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD (zona perkembangan maksimal). Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya. Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak.
3.      Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship)
Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai.


4.      Pembelajaran Termediasi (mediated learning)
Pada prinsip ini Vygostky  menekankan pada scaffolding yaitu siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.

3.4   Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisme
  1. Kelebihan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kelebihan atau keunggulan yakni:
·      Dalam Aspek Berfikir  yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan;
·      Dalam aspek kefahaman seorang  murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam semua situasi;
·      Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka;
·      Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru;.

  1. Kelemahan
Teori belajar konstuktivisme memilikin kekurangan atau kelemahan yakni:

(1)      Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;
(2)      Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda;
(3)      Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa;
(4)      meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan;
(5)      Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya;.













BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Belajar menurut  teori konstruktivisme adalah merupakan suatu upaya keras yang sangat personal, sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum sebagai konsekuensinya seharusnya diaplikasikan dalam konteks dunia nyata. Tokoh-tokoh dalam teori belajar konstruktivisme antara lain Jean Piaget, Vygosky, Jhon Dewey dan Von Graselfeld.
Prinsip-Prinsip belajar menurut teori konstruktivisme Pembelajaran Sosial (social leaning), ZPD (Zone of Proximal Development), Masa Magang Kognitif (Cognitif Apprenticeship), Pembelajaran Termediasi (mediated learning). Seperti halnya teori lainnya teori belajar konstruktivisme juga terdapat beberapa kelebihan maupun kelemahan.

3.2    Kritik dan Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, menurut kelompok kami  dalam penerapan pada proses belajar, teori ini harus di eksplorasi lebih mendalam serta di kombinasikan dengan teori teori belajar yang lain agar dalam penerapanya mampu lebih baik  dan melengkapi teori teori tersebut.









DAFTAR PUSTAKA
Anonimus.2009.(on-line).MODEL BELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK.
http://209.85.175.104/search?q=cache:7gu3mjv7a8J:www.gerejatoraja.com/downloads/MODEL_BELAJARAN_KONSTRUKTIVISTIK.doc+Vygotsky&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 20.50 WIB
IFZA.2010.(on-line). Teori belajar konstruktivistik .ifzanul.blogspot.com /2010/05/teori-belajar-konstruktivistik.html . Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 20.00 WIB
Karwono, Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.
Walker.2009.(on-line). CONSTRUCTIVISTTHEORY . http://web.syr.edu/ ~walker/constructivisttheory.html . Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011 pukul 20.26 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tuliskan Komentar yang Membangun, Terima Kasih